Selasa, 22 Februari 2011

Reuse,reduce,recycle

 3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle hingga kini masih menjadi cara terbaik dalam mengelola dan menangani sampah dengan berbagai permasalahannya ( karena perbedaan karakteristik maupun lokasi) . Penerapan metoda 3R ( reuse, reduce, dan recycle) menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah di samping, mengolah sampah dengan memanfaatkannya sebagai sumber energi listrik ( PLTSa) , atau pembangkit listrik tenaga sampah. Pengelolaan sampah dengan metode 3R ( Reuse Reduce Recycle) dapat dilaksanakan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari. Hal berbeda, metode pembakaran ( insinerasi) bagi pembangkitan turbin sebagai tenaga listrik ( PLTSa) , sekurangnya diperlukan prasyarat antara lain besaran investasi, skala proyek, kelayakan ekonomi ( antara jumlah energi bagi pembakaran dengan output energi listrik yang dihasilkan ) serta ketersediaan sumberdaya lain ( air, jumlah minimal sampah) dan karakteristik sampahnya
. Logika umumnya, pembakaran sampah - dengan komposisi terbesar anorganik ( non degradable material) seperti kertas, karton, plastik dan sejenisnya - tentu akan lebih sedikit membutuhkan energi bakar ketimbang, misalnya, kebutuhan energi guna membakar sampah - dengan komposisi terbesarnya organik ( sisa makanan, sayuran, dan organik lainnya) . Dengan dasar itu, kelayakan metode di suatu negara, dengan karakter dan komposisi jenis sampah dominan anorganik, tidak serta merta cocok dan feasible diterapkan di negara kita yang memiliki komposisi sampah didominasi jenis organik.

3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle berarti mengolah kembali ( daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat. Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas ( second) menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca ( GRK) jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru.

Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk atau material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R ( Reuse, Reduce, and Recycle) .

Material yang bisa didaur ulang antara lain terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, dan barang elektronik. Upaya ini telah dilakukan oleh beberapa usahawan, misalnya, mendaur ulang mesin cuci ( seken) asal Singapura, Malaysia dan Jepang - yang pada umumnya nampak masih bagus, tetap saja dikatagorikan sebagai sampah. Demikian juga Tong HDPE ( High-density polyethylene) di sekitaran pabrik tekstil, pada awalnya adalah sampah dan limbah bekas kemasan bahan kimia impor.

Kedua jenis sampah itu, direkayasa ulang ( REUSE) , misalnya pada tong HDPE- ditambahi lobang aerasi dan instalasi pemipaan, dengan hitungan cermat akan menghasilkan intensitas aerasi tertentu, menjaga porositas material organik, menjaga temperatur dan PH di dalamnya, sehingga dengan itu bisa dihitung bagi pemberian lingkungan mikro untuk perkembangan bakteri pengurai. Dan, dengan peranan aneka mineral dalam penggemburan ( bulking agent) akan mampu mengkondisikan lingkungan mikro ( temperatur mesofilik 30 sd 60 derajat C, PH Netral 6-7, kelembaban 40 sd 60 % dan asupan oksigen maksimal) akan kondusif bagi bekerjanya mikroba probiotik. Konsorsium bakteri itu ada di pasaran dengan nama aktivator Green Phoskko® ( GP-1) bermanfaat dalam melumat ( RECYCLE) aneka bahan organik.

Dengan perbaikan tampilan, barang sampah ( mesin cuci seken dan tong HDPE) jadilah produk baru, bermanfaat membuat kompos atau dikenal komposter atau fermentor. Efektif digunakan oleh rumah tangga dan hobbies tanaman dan pertamanan dalam proses fermentasi limbah dan sampah organik. Fermentasi berperan mereduksi dan mengurangi ( REDUCE) material penyebab bau busuk dan penimbul cairan lindi, yakni sampah dan limbah organik.

Diketahui, fermentasi merupakan proses penguraian atau perombakan bahan organik yang dilakukan dalam kondisi tertentu oleh mikroorganisme fermentatif. Kondisi lingkungan yang mendukung proses fermentasi antara lain adalah ( 1) derajat keasaman atau pH rendah, antara 3-4; ( 2) kadar garam dan kandungan gula yang tinggi; ( 3) kadar air atau kelembaban sedang antara 30-50% , ( 4) perbandingan carbon dan nitrogen ( CN ratio) , serta ( 5) adanya mikroorganisme fermentasi. Hasil fermentasi bahan organik ( sampah, limbah rumah tangga, dll) membuat tanah dapat menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan jamur pemangsa nematoda ( cacing) parasit, sehingga dapat menurunkan populasi cacing parasit tanaman di dalam tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar